Biografi Bung Tomo: Sang Orator Pertempuran 10 November 1945!

Bagi masyarakat Surabaya, biografi Bung Tomo termasuk riwayat hidup yang sepantasnya dipelajari dan ditiru. Pasalnya, Bung Tomo yang bernama asli Sutomo adalah satu dari sekian tokoh penting yang turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Lebih detailnya lagi, beliau merupakan orang yang paling berjasa dalam pertempuran 10 November 1945 yang tak akan pernah dilupakan siapa pun.

Daftar Isi

Profil Bung Tomo

  • Nama: Sutomo
  • Lahir: Surabaya, 3 Oktober 1920
  • Wafat: Mekkah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981
  • Warga Negara: Indonesia
  • Agama: Islam
  • OrangTua: Kartawan Tjiptowidjojo (ayah), Subastita (ibu)
  • Istri: Sulistina Sutomo
  • Anak: Bambang Sulistomo
  • Jabatan: Menteri Tenaga Kerja ke 10 (1964-1968)

Latar Belakang dan Keluarga Bung Tomo

Sutomo lahir di Kampung Blauran, Surabaya pada 3 Oktober 1920. Sang ayah, Kartawan Tjiptowidjojo, yang datang dari keluarga kelas menengah yang mengaku masih punya hubungan darah dengan pendamping Pangeran Diponegoro.

Dia sempat bekerja sebagai staf pribadi di perusahaan, asisten di kantor pajak pemerintahan, hingga staf kecil di perusahaan ekspor-impor Belanda.

Selama banteng-banteng Indonesia masih memiliki darah merah yang membikin secarik kain putih jadi merah-putih, selama itu kita tak akan mau menyerah kepada siapa pun juga.

Kartawan dikenal sebagai sosok serbabisa, bahkan sempat menjadi anggota Sarekat Islam. Sementara ibu Bung Tomo yang bernama Suastita punya darah campuran Sunda, Madura, dan Jawa Tengah.

Bung Tomo sendiri dibesarkan di tengah keluarga yang memprioritaskan pendidikan dan suka bekerja keras demi memperbaiki keadaan.

Jenjang Pendidikan yang Ditempuh Bung Tomo

Riwayat pendidikan Bung Tomo terbilang berliku pada masanya. Tokoh tersebut sempat menyenyam pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO (setara Sekolah Menengah Pertama).

Akan tetapi, Bung Tomo terpaksa meninggalkan bangku sekolahnya saat menginjak usia 12 tahun.

Sejumlah sumber seperti biografi Bung Tomo menyebutkan bahwa selama sekolah, Sutomo sempat melakukan sejumlah pekerjaan kecil untuk mengatasi efek Great Depression di Amerika Serikat yang merembet ke perekonomian dunia.

Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.

Bung Tomo juga sempat menempuh studi di Hogereburgerschool atau HBS melalui korespondensi, tetapi tak pernah resmi lulus.

Tak lama berselang Bung Tomo bergabung dengan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Dari organisasi tersebut dia menjadikan filsafat kepanduan yang dipadukan dengan kesadaran nasionalis dari sang kakek sebagai pengganti ilmu yang tak sempat dicicip di sekolah formal.

Ketika menginjak usia 17 tahun, Bung Tomo semakin terkenal. Pasalnya dia jadi orang kedua yang berhasil mencapai peringkat di Pandu Garuda di Hindia Belanda.

Sementara saat Jepang mengambil alih Indonesia pada 1942, peringkat tersebut hanya dapat dicapai tiga orang asal Indonesia.

Karier Bung Tomo semakin cemerlang. Setelah memoles kemampuannya sebagai jurnalis, tokoh ini lantas bergabung dengan beberapa kelompok politik serta sosial.

Lantas saat terpilih menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru pada 1944, Bung Tomo hampir tak dikenali siapa pun dalam kelompok yang disponsori Jepang tersebut.

Sang Orator Ternama dalam Pertempuran Surabaya

Pengalamannya dalam berorganisasi membuat Bung Tomo siap saat menjadi pemimpin yang menggerakkan sekaligus membangkitkan semangat warga Surabaya pada Oktober hingga November 1945.

Pada saat itu, Surabaya mendapatkan serangan brutal dari tentara-tentara NICA. Untuk menjaga kekuatan, Bung Tomo lantas menyampaikan seruan-seruannya yang berkobar lewat siaran radio.

Indonesia memang kalah pada Pertempuran 10 November, tetapi peristiwa tersebut tetap dikenang sebagai momen bersejarah pasca Kemerdekaan Indonesia. Khususnya kehadiran Bung Tomo yang tak pernah lelah membakar semangat.

Tercatat bahwa Bung Tomo pernah terjun ke kancah perpolitikan pada era 1950-an. Hanya saja, kariernya kurang bagus dan membuatnya tak bahagia, sehingga Bung Tomo memilih mundur.

Ketika Soeharto menggantikan pemerintahan Soekarno, Bung Tomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.

Menteri Negara yang Berani Mengkritik Soeharto

Berbagai jabatan penting sempat disandang Bung Tomo. Menurut biografi Bung Tomo, tokoh ini pernah menjadi Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata dan Veteran.

Selain itu, ada posisi Menteri Sosial Ad Interim yang dijabat sepanjang 1955-1956 pada era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.

Kemudian, Bung Tomo yang mewakili Partai Rakyat Indonesia sempat tercatat sebagai anggota DPR sepanjang 1956-1959. Namun di awal 1970-an, Bung Tomo mulai menunjukkan sudut pandang yang berbeda kala melihat ada yang janggal dari pemerintahan Orde Baru (Orba). Dia mengkritik program-program Soeharto hingga akhirnya ditahan pada 11 April 1978.

Setahun kemudian, Bung Tomo dilepaskan. Namun, hal tersebut tak lantas membungkan mulutnya. Tokoh ini dikenal amat vokal dalam membahas masalah-masalah politik tanpa mengungkit peran-perannya di masa lalu.

Di balik sosoknya yang keras dan berapi-api, Bung Tomo ternyata punya sisi lembut. Dia dikenal dekat dengan keluarga dan anak-anak, bahkan memastikan agar sang buah hati mendapatkan pendidikan yang layak.

Bung Tomo juga sebenarnya tak pernah menganggap dirinya sebagai sosok religius, tetapi sungguh-sungguh mempertahankan imannya.

Kepergian Sang Orator di Tanah Suci

Kepergian Bung Tomo terbilang cukup mengejutkan, sebab dia wafat pada 7 Oktober 1982 di Padang Arafah saat sedang menunaikan ibadah haji. Jenazah sang orator dibawa ke Indonesia alih-alih dimakamkan di tanah suci.

Lantas, Bung Tomo juga tak dikebumikan di Taman Makam Pahlawan, melainkan Tempat Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya.

Berdasarkan biografi Bung Tomo, pemberian gelar pada Bung Tomo pun cukup kontroversial. Setelah Gerakan Pemuda Ansor dan Fraksi Partai Golkar mendesak pemerintah, pada akhirnya Bung Tomo memperoleh gelar pahlawan pada 9 November 2007 dan lantas diresmikan pada 10 November 2008.

Leave a Reply