Cara Membuat Brand Sendiri: 11 Langkah Praktis dan Aplikatif!

Mungkin kamu saat ini sedang mencari bagaimana cara membuat brand sendiri yang praktis dan aplikatif. Dengan semakin mudahnya akses internet, informasi tentang ini tentunya sangat banyak beredar.

Dari keuntungan tersebut, kamu dapat merajut semua informasi menjadi sebuah peta yang paling cocok untuk kamu jalankan. Karena bisnis itu seperti seni, nggak ada rumus bakunya, tapi bisa dipolakan.

Yuk, kita bahas cara membuat brand sendiri dengan sumber daya seminim mungkin.

Daftar Isi

1. Pahami Market

cara membuat brand sendiri

Hal paling penting sebelum membuat bisnis adalah pengetahuan tentang pasar/market. Percuma kamu membuat produk yang bagus kalau nggak ada yang beli kan?

Dari banyak guru yang menjelaskan tentang market, setidaknya dikelompokkan menjadi 3 yang utama.

Bleeding Market

Market yang sudah terlalu banyak pemain bisnis di dalamnya. Sehingga menyebabkan banting-bantingan harga. Ada juga yang berpendapat bahwa market yang sudah memasuki masa senja.

Contoh:

  • Wartel yang digantikan dengan handphone
  • Warnet yang kian menghilang
  • Penjualan tiket pesawat yang digantikan aplikasi Traveloka dsb

Biasanya bleeding market terjadi karena teknologi yang usang atau tidak adanya sekat yang kuat diantara para pelaku bisnis. Dan yang paling umum terjadi adalah mati atau perang harga.

Potential Market

Kategori ideal yang sebaiknya kamu ambil. Dimana permintaan terhadap suatu produk sudah ada, namun belum banyak pemainnya.

Market ini cenderung mancari apa yang mereka butuhkan, sehingga kamu tidak butuh banyak energi untuk edukasi tentang fitur dan manfaat produkmu.

Sleeping Market

Market yang belum ada permintaan terhadap suatu produk dan juga belum ada kompetitor yang masuk. Biasanya market ini diisi oleh inovator yang mampu melihat potensi jauh ke depan.

Kalau kamu mempunyai dana yang besar boleh masuk ke market ini, karena akan banyak biaya marketing untuk edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya produkmu.

Contoh:

  • Aqua, air dalam kemasan pertama di Indonesia
  • Tesla, mobil listrik yang cukup menggembarkan dunia
  • Telur ayam boiler pada masanya

Ditahap awal, setidaknya kamu perlu mengidentifikasi kira-kira produk yang akan kamu jual masuk ke dalam market apa. Ini sebagai filter awal apakah langkah kita perlu dilanjutkan atau tidak.

2. Bidik Market Potential

cara membuat brand sendiri

Bicara market potensial, mungkin kamu pernah menemukan produk berkualitas tapi gagal terjual atau gagal trending. Bisa jadi karena kemasan yang tidak menggarahkan, timing yang salah, cara promosi yang tidak efektif dan lainnya.

Buat kamu yang bisa memanfaatkan trend, potensi kesuksesan semakin meningkat. Dan trend inilah yang sangat erat kaitannya dengan market potensial. Mari kita bedah.

Berhasil Trend, Nggak Tahan Lama

Coba deh lihat di masa lalu, akan banyak kamu temukan produk/brand sangat viral tapi nggak tahan lama. Boleh jadi, kamu bisa memanfaatkannya dengan membuat narasi yang baru dengan modifikasi dibagian tertentu.

Contoh:

  • Bubble tea yang berganti nama menjadi boba
  • Tela-tela menjadi Qtela
  • Calais Tea menjadi Es Teh Indonesia

Produk Baru, Solusi Permasalahan Dari yang Sudah Ada

Kalau boleh diibaratkan, kategori ini seperti mata air ditengah gurun. Jika kamu mampu melihat celahnya, dalam waktu relatif singkat akan booming.

Contoh:

  • Gojek melengkapi ojek konvensional
  • Traveloka melengkapi penjual tiket konvensional
  • Kopi susu gula aren melengkapi latte dan cappuchino

Produk Komoditas, Tapi Nggak Ada Brand yang Menonjol

Dalam membangun brand, kekuatan storytelling sangatlah luar biasa. Kamu bisa membuat narasi baru dari komoditas yang sudah ada.

Contoh:

  • Zanana, menarasikan keripik pisang
  • Rawon setan, menarasikan rawon
  • Nasi goreng jancuk, menarasikan nasi goreng

Produk Dianggap Gagal, Punya Potensi Trend

Kita semua tahu kisah legenda dari pembuatan brownies dan stiky note/post it yang awalnya gagal dalam membuat produk. Tapi malah berhasil membuat kategori baru yang belum pernah ada.

Dengan begitu, produk yang kita anggap gagal jika ditambahkan narasi yang berbeda ada potensi untuk menjadi sukses.

Permintaan Tinggi, Barang Langka

Mungkin kamu sempat mendengar tentang viralnya sepatu Compass tapi waktu itu sulit banget mendapatkannya. Nah, hal ini yang dimanfaatkan beberapa brand untuk masuk ke dalam market tersebut.

Seringkali tingginya permintaan karena bagusnya marketing, namun tidak diimbangi dengan kapasitas produksi yang baik akan melahirkan kompetitor baru.

Permintaan Tinggi, Suplainya Tinggi, Ada Celah Differensiasi

Kategori produk yang peminatnya banyak dan pemainnya banyak belum tentu menjadi akhir dari perjuanganmu. Dengan sentuhan pembeda/differensiasi yang jelas, kamu bisa masuk di market ini.

Contoh:

  • Sensatia Botanicals, skincare khusus vegetarian
  • Plastik dari singkong
  • Sedotan dari stainless

Produk Pelengkap dari Produk Trend

Terkadang menjadi pemain pelengkap membuat kita lebih mudah dalam penetrasi market. Menunjang produk atau industri yang sedang booming merupakan salah satu pilihan bijak.

Contoh:

  • Trend sepeda, bikin brand aksesorisnya
  • Online shop booming, bikin brand jasa desainnya
  • Industri hijab lagi naik, bikin brand konveksinya

Booming di Negara/Daerah Lain, Tapi Belum di Wilayah Kita

Nggak heran banyak pengusaha sering travelling. Mereka sering kali mencari inspirasi untuk membuat bisnis baru yang belum ada di daerahnya.

Biasanya trend ini dimanfaatan oleh para ekspor/impor, dan kamu pun layak untuk mencobanya.

Sudah Trend, Tapi Konsumen Terbatas Masalah Harga

Masuknya brand mobil murah dengan fitur melimpah cukup menggembarkan jagat permobilan Indonesia. Atau ketika dulu lagi tingginya permintan HP yang umumnya pada mahal, Xiaomi masuk dengan harga murah.

Kamu bisa masuk di kategori ini dengan membuat kontras. Ketika umumnya mahal, murahin. Begitu juga sebaliknya,

Gabungan 2 Ide Lama, Jadi Produk Baru yang Unik

Mungkin kamu sudah akrab dengan Richesee Factory. Kurang lebih sejarah brand ini adalah menggabungkan fried chicken ala KFC dengan trend pedes jaman keripik maicih sehingga jadi unik.

Adalagi trend capuchino cincau yang sempat viral. Fitur-fitur gojek juga sering melakukan terobosan dengan kategori ini, seperti go food, go massage dan lainnya.

Rename – Repackage – Repositioning Adalah Kunci

Kira-kira dari beberapa pola trend diatas, kamu akan mulai yang mana? Apapun itu pilihlah yang paling cocok denganmu. Dan inilah kunci memaksimalkan market potensial.

  • Rename: mengganti nama lama menjadi baru
  • Repackage: ganti kemasan yang relevan saat ini
  • Repoitioning: buat narasi ulang yang relevan saat ini

Ketika kamu sudah memikirkan semuanya dengan matang, mari masuk ke tahap selanjutnya.

3. Riset Target Market

cara membuat brand sendiri

Biasanya orang kebalik membuat produk dulu baru memasarkannya. Lagi-lagi percuma kita bikin produk berkualitas tapi tidak ada yang butuh.

Cari masalahnya. Identifikasi solusinya. Temukan siapa target marketnya. Kurang lebih begitu urutannya. Kamu bisa memetakan siapa target marketmu berdasarkan berikut.

Geografis

  • Negara
  • Wilayah
  • Ukuran wilayah
  • Kepadatan
  • Iklim

Demografis

  • Jenis kelamin
  • Usia
  • Penghasilan
  • Status
  • Agama

Psikografis

  • Kelas sosial
  • Gaya hidup
  • Kepribadian
  • Minat

Perilaku

  • Alasan membeli
  • Waktu pembelian
  • Frekuensi pembelian
  • Loyalitas

Jangan sampai bosan dengan kalimat riset target market, seperti halnya smart business map, hampir semua materi tentang cara membuat brand sendiri membahas hal ini. Karena jalan cerita brand kamu akan ditentukan di fase ini.

4. Buat Produk yang Dibutuhkan

cara membuat brand sendiri

Produk yang dibutuhkan dan berkualitas adalah yang membuat orang repeat order atau beli lagi beli lagi. Sangat disayangkan apabila brand kamu sudah diterima dengan baik oleh market tapi mereka enggan untuk kembali.

Brand bagus tanpa diiringi dengan produk yang bagus ibarat orang berparas menawan tapi etika kurang. Lalu gimana cara mengetahui produk kita oke?

  1. Cari komunitas berkumpulnya target market
  2. Berikan sempel gratis atau diskon besar. Jangan minta testimoni
  3. Amati dengan seksama apakah ada komentar positif atau bertanya varian lainnya?
  4. Kalau poin 2 dan 3 tidak terjadi tanggapan baik, minta kritik yang membangun
  5. Ulangi proses sampai berhasil

5. Identifikasi Sub-Kategori Produk

cara membuat brand sendiri

Di fase awal penting bagi kita untuk memilih produk yang paling spesifik. Karena untuk bersaing dengan kompetitor kita perlu mempunyai pembeda/differensiasi agar mudah terlihat market. Baru setelah brand kita diterima, inovasi produk layak dilakukan.

Contoh:

  • Bra > spesialis big size
  • Hijab > spesialis yang sport
  • Toko kelontong >spesialis popok

Tentu dengan semakin spesifiknya sub kategori yang kamu pilih, marketnya juga semakin mengerucut. Tapi inilah salah satu kunci sukses cara membuat brand sendiri.

6. Rancang Kemasan yang Menjual

cara membuat brand sendiri

Kita setiap hari disuguhi oleh puluhan iklan dalam aktivitas apapun. Peran kemasan adalah supaya target market mudah mengingat bahkan bernafsu untuk membeli walau lewat pandangan pertama.

Lewat kemasan yang bagus juga kamu bisa lolos dari jebakan perang harga di industri yang kamu pilih. Walaupun kulit belum tentu mencerminkan isi, tapi kulit yang bagus lebih menggoda bukan?

Dan please, buat kamu yang bukan desainer mendingan serahkan saja pada ahlinya. Karena mendesain kemasan itu ada ilmu khususnya.

7. Bikin Nama Brand yang Nge-Top

cara membuat brand sendiri

Membuat nama brand nggak harus jelimet biar kelihatan keren. Meskipun kelihatan sepele tapi jangan meremehkannya, seringkali nama yang baik mengundang hoki atau setidaknya mudah diingat oleh market.

Tips membuat nama brand:

  • Sesuai target market
  • Unik dan catchy
  • Mudah diucapkan dan diingat
  • Hindari singkatan konsonan
  • Hindari penggunaan angka
  • Terasosiasi dengan differensiasi > rawon setan (mencerminkan pedas)
  • Gunakan kata kunci > jika produk utama bakso, maka gunakanlah kata “bakso”

8. Susun Slogan yang Tepat Sasaran

Susun Slogan yang Tepat Sasaran

Slogan yang tepat akan memudahkan orang untuk mengenal brand kamu. Tapi ingat membuatnya pun nggak sembarangan asal indah berbentuk rima.

Berikut urutannya. Spesifik target market > analisa kompetitor > differensiasi > positioning > slogan.

Contoh:

  • Produk: bakso
  • Target market: keluarga dengan penghasilan menengah menengah
  • Analisa kompetitor: semua bermain di area pedas
  • Differensiasi: porsi banyak
  • Positioning: bakso enak, porsi banyak
  • Slogan: Jaminan nggak kuat jalan

Kira-kira dengan nama brand Bakso Gadjah dengan Slogan Jaminan Nggak Kuat Jalan, udah lumayan kan?

9. Tuangkan Kedalam Identitas Brand

Tuangkan Kedalam Identitas Brand

Berdasarkan riset, mayoritas manusia itu bertipe visual. Jadi, lebih mudah mengingat sesuatu berdasarkan simbol. Maka dari itu identitas brand sangatlah penting, walaupun di tahap awal tidak perlu mahal atau aestetik ya.

Berikut tips membuat identitas brand.

  • Tipografi

Pilih jenis huruf yang sesuai dengan karakter brand kamu dan tentunya sesuai target market.

  • Logo

Untuk di awal, sebaikya tidak mengecilkan tipografi atau nama brand.

  • Warna Dasar

Maksimal gunakan 3 warna, sesuai dengan karakter brand, kontras dengan kompetitor. Warna dasar ini bisa jadi ciri khas brand ataupun menyesuaikan varian produk.

10. Pilih Saluran Distribusi dan Marketing yang Sesuai

cara membuat brand sendiri

Jika semua persiapan sampai pembuatan produk sudah oke, saatnya memikirkan keterjangkauan produk kita kepada calon konsumen.

Mengingat luasnya geografis Indonesia, ada beberapa jenis saluran distribusi yang bisa kamu manfaatkan. Berikut diantaranya.

  • Konvensional: produsen > distributor > agen > konsumen
  • Reseller: produsen  > reseller/dropshipper/affiliate >konsumen
  • Online:  produsen > website/sosial media/marketplace/whatsapp > kurir > konsumen
  • Offline: produsen > toko/lapak > konsumen

Semua jenis saluran distribusi ini memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, sesuaikan dengan kebutuhan brand kamu.

Nah, tiba saatnya ke fase paling menentukan dalam bisnis, yakni strategi pemasaran. Nggak mungkin kan brand kamu diketahui banyak orang tanpa penyebarluasan informasi.

  • Offline: brosur, poster, voucher, baliho, spanduk, TV, radio, media cetak, pameran, SPG dll
  • Online: website, marketplace, instagram, facebook, tiktok, youtube dll

Atau kamu juga bisa menggunakan strategi yang sekarang lagi sering digunakan oleh berbagai brand.

Influencer

Industri content creator yang memiliki banyak follower di akun sosial media lagi meningkat, kamu bisa kolaborasi atau sekedar endorse ke mereka.

Tentu pemilihan influencer ini harus teliti, kamu bisa mulai list di berbagai platform influencer yang personanya bis mewakili brand kamu.

Komunitas

Sifat dasar manusia yang suka berkumpul dengan yang identik bisa kamu manfaatkan. Komunitas ini nggak hanya offline, untuk langkah awal kamu bisa masuk group sosial media apakah diperbolehkan mempromosikan barang.

Dengan adanya kesamaan sesama anggota, potensi penerimaan brand kamu akan lebih mudah.

Bangun Storytelling

Di zaman sekarang, sosial media bisa dikatakan sebagai aset dalam sebuah bisnis. Buatlah jalan cerita untuk membangun sosial media kamu.

Storytelling yang kuat akan membuat perbedaan marketing dan selling yang signifikan terhadap kompetitor sejenis.

Dengan semakin banyak orang yang mengikuti dan mereka merasa ada ketertarikan, potensi penjualanpun jadi lebih mudah.

Ada yang bilang, sharing-sharing terlebih dahulu, sharing-sharing kemudian.

11. Maksimalkan Konversi

Maksimalkan Konversi

Produk yang dibutuhkan, kemasan yang menjual, nama merk yang ngetop, distribusi yang merata, marketing yang keren tanpa tercipta konversi penjualan adalah sia-sia.

Berikut beberapa faktor untuk memaksimalkan konversi.

Winning Campaign

Dalam strategi digital marketing, selain membangun sosial media secara organik, kamu perlu percepatan dengan menjalankan iklan. Sehingga keterlihatan brand kamu lebih cepat menyebar.

Iklan yang winning akan mempermudah tim sales untuk melakukan transaksi dengan konsumen. Dan inilah yang kamu harapkan, uang masuk secara rasional alias tidak boncos.

  • Foto atau video: membuat orang melirik atau menonton iklan kita
  • Headline: membuat orang mau klik untuk membaca lanjutannya
  • Sales letter/landing page: membuat orang mau membaca deskripsi produk kita
  • Target audience: apakah konsumen mau atau mampu membeli produk kita

Ingat ya temen-temen, iklan tidak menghasilkan leads atau closing terjadi karena 2 hal, iklan tidak menarik atau salah target audience.

Strategi Harga

Harga sangat berpengaruh terhadap nilai konversi dari calon konsumen kita. Semakin tinggi harga yang kita tawarkan, semakin tinggi pula ekspektasi calon konsumen terhadap manfaat yang akan mereka dapatkan.

Distributor Relationship

Buat kamu yang memilih jalur distribusi konvensional atau reseller, bisa jadi konsumen kita adalah mereka. Untuk itu perlu menjaga komunikasi, sehingga bisnis berjalan dengan lancar.

Momentum

Jika semua sudah kamu lakukan, tinggal waktu yang akan menjawab kesuksesanmu. Seringkali faktor terbesar suksesnya bisnis adalah momentum atau waktu yang tepat.

Oleh karena itu terus evaluasi strategi yang kamu jalankan dan iringi dengan doa sampai goals yang kamu butuhkan tercapai.

Mungkin itu adalah ringkasan cara membuat brand sendiri yang dapat kamu praktekkan. Kamu bisa mempelajari secara detail di buku Buka Langsung Laris by Jaya Setiabudi atau kunjungi website edukasi bisnisnya di formulabisnis.id.

Leave a Reply